Sunday, November 27, 2011

PELINDUNG...

Daripada Abdul Rahman Bin Samurah ra berkata, Nabi Muhammad saw bersabda:
"Sesungguhnya aku telah mengalami mimpi-mimpi yang menakjubkan pada malam aku sebelum di Israqkan...

 1. Aku telah melihat seorang dari umatku telah didatangi oleh malaikatul maut dengan keadaan yang amat mengerunkan untuk mengambil nyawanya, maka malaikat itu terhalang perbuatannya itu disebabkan oleh KETAATAN DAN KEPATUHANNYA KEPADA KEDUA IBUBAPANYA.

 2. Aku melihat seorang dari umatku telah disediakan azab kubur yang amat menyiksakan, maka ia telah diselamatkan oleh berkat WUDUKNYA YANG SEMPURNA.

 3. Aku melihat seorang dari umatku sedang dikerumuni oleh syaitan-syaitan dan iblis-iblis lakhnatullah, maka ia diselamatkan dengan berkat ZIKIRNYA YANG TULUS IKHLAS kepada Allah.

4. Aku melihat bagaimana umatku diseret dengan rantai yang diperbuat daripada api neraka jahanam yang dimasukkan dari mulut dan dikeluarkan rantai tersebut ke duburnya oleh malaikut Ahzab, tetapi SOLATNYA YANG KHUSYUK DAN TIDAK MENUNJUK-NUNJUK telah melepaskannya dari seksaan itu.

5. Aku melihat umatku ditimpa dahaga yang amat berat, setiap kali dia mendatangi satu telaga dihalang dari meminumnya, ketika itu datanglah pahala PUASANYA YANG IKHLAS KEPADA ALLAH SWT memberi minum hingga ia merasa puas.

6. Aku melihat umatku cuba untuk mendekati kumpulan para nabi yang sedang duduk berkumpulan-kumpulan,  setiap kali dia datang dia akan diusir, maka menjelmalah  MANDI JUNUB DENGAN RUKUN YANG SEMPURNANYA  sambil memimpinnya ke kumpulanku seraya duduk disebelahku.

7. Aku melihat seorang dari umatku berada di dalam keadaan gelap gelita disekelilingnya, sedangkan dia sendiri didalam keadaan binggung, maka datanglah pahala HAJI DAN UMRAHNYA YANG IKHLAS KEPADA ALLAH SWT lalu mengeluarkannya dari kegelapan kepada tempat yang terang menderang.

 8. Aku melihat umatku cuba berbicara dengan golongan orang mukmin tetapi mereka tidakpun membalas bicaranya, maka menjelmalah  SIFAT SILATURRAHIMNYA DAN TIDAK SUKA BERMUSUH-MUSUHAN SESAMA UMATKU lalu menyeru kepada mereka agar menyambut bicaranya, lalu berbicara mereka dengannya.

9. Aku melihat umatku sedang menepis-nepis percikan api ke mukannya, maka segeralah menjelma pahala SEDEKAHNYA YANG IKHLAS KEPADA ALLAH SWT lalu menabir muka dan kepalanya dari bahaya api tersebut. 

BERSABDA RASULULLAH SAW " SAMPAIKANLAH PESANANKU KEPADA UMATKU YANG LAIN WALAUPUN DENGAN SEPOTONG AYAT" 

Saturday, November 26, 2011

TO MY FRENZ....


Who Are...........SINGLE
Love is like a butterfly.
The more you chase it, the more it eludes you.
But if you just let it fly, it will come to you when you least expect it.
Love can make you happy but often it hurts,
But love's only special when you give
it to someone who is really worth it.
So take your time and choose the best.

To My Friends Who Are............NOT SO SINGLE
Love isn't about becoming somebody else's "perfect person".
It's about finding someone who helps you become the best person you can be.

To My Friends Who Are............PLAYBOY/GIRL TYPE
Never say, "I love you" if you don't care.
Never talk about feelings if they aren't there.
Never touch a life if you mean to break a heart.
Never look in the eye when all you do is lie.
The cruelest thing a guy can do to a girl is
to let her fall in love when he doesn't intend to catch her fall and it works both ways...


To My Friends Who Are............MARRIED
Love is not about "it's your fault", but "I'm sorry".
Not "where are you", but "I'm right here".
Not "how could you", but "I understand".
Not "I wish you were", but "I'm thankful you are".

To My Friends Who Are............ENGAGED
The true measure of compatibility is not the years spent together but
How good you are for each other.

To My Friends Who Are............HEARTBROKEN
Heartbreaks last as long as you want and cut as deep as you allow them to go.
The challenge is not how to survive heartbreaks but to learn from them.


To My Friends Who Are............NAIVE
How to be in love: 
Fall but doesn’t stumble,
Be consistent but not too persistent,
Share and never be unfair, understand and try not to demand,
And get hurt but never keep the pain.

To My Friends Who Are............POSSESSIVE
It breaks your heart to see the one you love happy with someone else
But it's more painful to know that the one you love is unhappy with you.

To My Friends Who Are............AFRAID TO CONFESS
Love hurts when you break up with someone.
It hurts even more when someone breaks up with you.
But love hurts the most when the person you love has no idea how you feel.

To My Friends Who Are............STILL HOLDING ON
A sad thing about life is when you meet someone and fall in love,
only to find out in the end that it was never meant to be
and that you have wasted years on someone who wasn't worth it.
If he isn't worth it now he's not going to be worth it a year or 10 years from now.
Let go.....


TO ALL MY FRIENDS.......
My wish for you is a man/women whose love is HONEST, STRONG, MATURE, NEVER-CHANGING, UPLIFTING, PROTECTIVE, ENCOURAGING, REWARDING and UNSELFISH.

Thursday, October 6, 2011

CANTIKNYA SEORANG WANITA....



Cantiknya seorang wanita itu, sebagai gadis
bukan kerana merah kilau lipstik
pada bibir mekar senyum kosmetik.

Cantik seorang wanita itu, sebagai remaja
tidak pada kulitnya mulus menggebu terdedah.

Cantik seorang wanita itu, sebagai Hawa
tidak kerana bijak meruntuh iman kaum Adam.

Cantik seorang wanita itu, sebagai anak
tidak menjerat diri pada kedurhakaan.

Cantik seorang wanita itu, sebagai isteri
merempuh badai di sisi suami.

Cantik seorang wanita itu, sebagai menantu
menjauhi persekongkolan ipar lamai.



Cantik seorang wanita itu, sebagai ibu
membuai anak, kala suami menjalin mimpi.

Cantik seorang wanita itu, sebagai mentua
telus hati mengagih kasih setara pada semua.

Cantik seorang wanita itu, sebagai nenek
menjaring teladan para anbia buat cucu-cicit.

Cantik seorang wanita itu, sebagai warganegara
peka membela nasib dan maruah Negara.

Cantik seorang wanita itu, sebagai warga tua
menghitung hari dengan selembar mashaf.

Cantik seorang wanita itu, sebagai intelektual
menyala obor mewangi setanggi profesionalis.

Cantik seorang wanita itu, sebagai akidah solehah
mengandam rindu kekasih pasrah di atas sejadah.



Saturday, October 1, 2011

DOA YANG INDAH.....


"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh

jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”
(Surah Al-Baqarah ayat 216)

Aku meminta kepada Allah untuk menyingkirkan penderitaanku.
Allah menjawab, Tidak.
Itu bukan untuk Kusingkirkan, tetapi agar kau mengalahkannya.

Aku meminta kepada Allah untuk menyempurnakan kecacatanku.
Allah menjawab, Tidak.
Jiwa adalah sempurna, badan hanyalah sementara.

Aku meminta kepada Allah untuk menghadiahkanku kesabaran.
Allah menjawab, Tidak.
Kesabaran adalah hasil dari kesulitan; itu tidak dihadiahkan, itu harus dipelajari.

Aku meminta kepada Allah untuk memberiku kebahagiaan.
Allah menjawab, Tidak.
Aku memberimu berkat. Kebahagiaan adalah tergantung padamu.

Aku meminta kepada Allah untuk menjauhkan penderitaan.
Allah menjawab, Tidak.
Penderitaan menjauhkanmu dari perhatian duniawi dan membawamu mendekat padaKu.

Aku meminta kepada Allah untuk menumbuhkan rohku.
Allah menjawab, Tidak.
Kau harus menumbuhkannya sendiri, tetapi Aku akan memangkas untuk membuatmu berbuah.

Aku meminta kepada Allah segala hal sehingga aku dapat menikmati hidup.
Allah menjawab, Tidak.
Aku akan memberimu hidup, sehingga kau dapat menikmati segala hal.

Aku meminta kepada Allah membantuku mengasihi orang lain, seperti Ia mengasihiku.
Allah menjawab.. ,
Akhirnya kau mengerti.
HARI INI ADALAH MILIKMU JANGAN SIA-SIAKAN .
BAGI DUNIA, KAMU MUNGKIN HANYALAH SESEORANG,
TETAPI BAGI SESEORANG , KAMU ADALAH DUNIANYA.

Tuesday, September 27, 2011

KISAH AIMAN...(final)



Aiman memandang Syahirah sekilas. “Sayang… mana awak dapat wang banyak macam itu?” Syahirah terkelu. “Hmm,rezeki Allah.” “Dari mana? Tak akan turun dari langit kot?” soal Aiman lembut. “Abang, jom kita makan dekat restoran tu. Lapar pula rasanya.” Syahirah menunjuk ke arah sebuah retoran di sebelah kiri itu. Aiman terus lupa apa yang dia soal tadi. Kereta di belokkan. Sewaktu makan di restoran itu mereka bertukar cerita dan ketawa. Tiba-tiba , Syahirah terbatuk. Aiman terkejut. Syahirah terkejut tangannya berdarah selepas dia menutup mulut tadi. Aiman terus menerpa ke arahnya. “Awak...” Terkelu lidah Aiman sewaktu melihat darah itu. Syahirah senyum. “Biasalah ni, panas tu yang berdarah tekak tu.” “Kita pergi klinik.” Syahirah dah pening. “Tak apa. Ni panas ni. Dah biasa.” “No… nampak serious ni.” ujar Aiman yang melutut di sisi Syahirah yang duduk di kerusi itu. Syahirah ketawa perlahan yang di buat-buat. “Abang ni, panas je lah ni. Saya nak pergi toilet jap.” Sedaya upaya Syahirah cuba melangkah. Kepalanya tiba-tiba berdenyut. Sakitnya, Ya Allah. Aiman tak tahu nak buat apa. Hanya dengan pandangan dia menghantar isterinya itu. Sebak tiba-tiba hatinya. Ya Allah, semoga semuanya baik-baik sahaja.


“Abang, bangun..” Syahirah menggerakkan Aiman di sebelahnya. “..Encik Aiman, bangun..” kejut Syahirah lagi. Kenapa tak bergerak ni. Kuat Syahirah menggerakkan Aiman lagi. “Abang….abang.. bangun…” Aiman membuka matanya perlahan-lahan. “Hmm, kenapa sayang?” “Abang,jom buat qiamullai berjemaah. Kita tak pernah qiamullai berjemaah.” Aiman duduk menghadap Syahirah. “Dah pukul berapa?” “Hmm, 4.30 pagi.” “Jom.” Ajak Aiman. Kini, dia telah yakin untuk menjadi imam tidak sia-sia dia ke pondok agama hari itu. “Sayang ambil wudhuk dulu..” “Okay.” Sebelum turun dari katil sempat Syahirah mencium pipi Aiman. Terkejut juga Aiman. “Mimpi ke reliti ni?” seloroh Aiman dan memegang pipinya yang di cium tadi. Syahirah hanya ketawa halus dan masuk ke bilik air.


Selesai berqiamullail dan membaca doa Aiman bersalaman dengan Syahirah. “Abang, saya nak minta maaf kalau saya ada terkasar bahasa dan menyakitkan hati abang.” Seperti biasa Syahirah akan sentiasa memohon kemaafan pada suaminya selepas solat. “Halalkan semua makan minum.” Aiman menarik Syahirah dalam pelukkannya. “Abang pun nak minta maaf tersalah kata dan menyakitkan hati awak. Abang, minta halal juga semuanya ya.” Dahi isterinya di cium. “Allah makbulkan doa saya untuk dapat suami yang soleh.” Kata Syahirah dan senyum. Aiman hanya senyum. “Hmmm, nak ikut abang Subuh dekat surau tak?” Syahirah geleng. “Boleh ea, abang? Saya nak sembahyang dekat rumah je. Letihlah.” Aiman mengangguk. “Oklah. Nanti abang belikan sarapan.” “Okay, saaaaayang abang !” lirih Syahirah dan senyum. “Sayang awak juga.”


Aiman memasukkan keretanya ke dalam porch rumah selepas pulang dari surau. Sebelum keluar dia mengambil plastik yang mengandungi dua bungkus nasi lemak. Aiman keluar dari kereta. PRRRANGGGGG!!!!!!!! Terkejut Aiman mendengar pinggan pecah. Terus dia berlari masuk ke rumah. Aiman ternampak kelibat dua orang berbaju hitam dan bertopeng. Pantas dia cuba mengejar dua makhluk yang pecah masuk rumahnya itu. Dia berlari ke dapur. Terkejut Aiman sewaktu dia ke dapur. Darah berlimpahan. Isterinya. “Sayang !!!!” jerit Aiman melihat Syahirah yang menahan sakit akibat di tikam dengan pisau. Aiman cuba mencari dua orang kelibat tadi, tapi malangnya ada orang telah menerkup mulutnya dengan kain yang mengandungi bahan kimia yang membuatkan Aiman tidak bernafas dan pengsan.

**********

Aiman terpisat-pisat bangun. Kepalanya seakan sakit. Sewaktu mata terbuka dia terdengar suara orang yang hendak masuk ke rumah. Matanya beralih ke kiri. Ya Allah. “Sayang..” Aiman memangku Syahirah yang lemah itu. Entah macam mana dia boleh memegang pisau. Aiman mencampakkan pisau itu. “Haa, ini tuan yang membunuhnya!” terkejut Aiman tatkala anggota polis masuk ke dalam rumahnya. “Bukan saya.” “Dah bawak dia. Cuba periksa nadi mangsa.” Tangan Aiman bergari. “Bukan saya!..” Aiman terkejut melihat abahnya juga turut di disitu. “Abah! Bukan Aiman!!! Abah!!” anggota polis itu membawa Aiman keluar rumah. Abahnya hanya menggeleng dengan air mata berlinangan. “Kalau kamu tak suka dia pun janganlah sampai macam ni…” sayu abahnya berbicara. “Bukan Aiman, bah!!” Sewaktu keluar. Memang dah ramai orang di luar rumahnya. Aiman memandang abi, umi dan alongnya. “Abi, bukan saya. Umi!!” meronta-ronta Aiman. “Sedangkan orang gila tak mengaku dia gila, inikan kau yang waras nak mengaku kau bunuh adik aku!” Herdik abang iparnya yang mata merah mungkin sebab menangis. Aiman cuba meronta. “Bukan saya! Abi!! Umi!! Percaya saya..” “Cepat bawa dia!” arah alongnya. Ya Allah dugaan apa yang KAU berikan ini. Ya Allah izinkan hamba dapat berjumpa dengan isteri hamba. Ya Allah…………. Semoga dia selamat. Air mata Aiman jatuh tika pandangan rumahnya makin hilang. Sayang… Bantu hamba Ya Allah………


Haji Amran melawat menantunya di penjara. “Abi..percayalah saya..” Haji Amran senyum. “Sabar Aiman, kebenaran akan terungkap, bersabarlah.” “Abi, macam mana keadaan Syahirah?” Haji Amran senyap. Air matanya bergenang. Sebak dadanya. “Abi kenapa dengan isteri saya?” Haji Amran hanya senyap dan senyum terpaksa. “Bersabarlah Aiman, berdoa banyak-banyak. Doa itu senjata muslim gunakan sebaik- baiknya.” Haji Amran bangun dari kerusi itu. “Abi, jawab saya abi. Syahirah macam mana?” Mengalir air mata Aiman tatkala ayah mertuanya tidak menjawab soalan. “Abi, kene pergi dah ni. Banyak-banyakkan bersabar. Ingat Allah sentiasa. Assalammualaikum.” Haji Amran terus keluar dari bilik itu. Lemah lutut Aiman mendengar kata-kata abinya itu. Ya Allah, hamba tak kuat…..

Abang, cuba tengok kertas yang saya tampal dekat meja study saya itu..” Aiman bangun dan menuju ke meja tempat isterinya melakukan kerja- kerja. “cuba abang baca..” Rasulullah saw. bersabda: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada Mukmin yang lemah. Segala sesuatunya lebih baik. Tampakanlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah dan janganlah engkau menjadi tak berdaya.” (Muslim)

“Encik, saya nak sejadah dan tafsir Al-Quran..” kata Aiman pada warden yang menjaganya itu. Alhamdulillah, sepanjang dia di penjara itu, warden-warden di situ berlembut dengannya. Terima kasih Ya Allah, KAU melindungi aku. Aiman membuat solat sunnat. Selepas itu dia membaca Al-Quran. ‘Al-Quran, the love letter from Allah’ – isterimu. Air matanya terus mengalir sewaktu membaca ayat-ayat suci itu. Basah tafsir itu dengan air matanya. Allah…

Belajar DIAM dari banyaknya BICARA
Belajar SABAR dari sebuah KEMARAHAN
Belajar KESUSAHAN dari hidup SENANG
Belajar MENANGIS dari suatu KEBAHAGIAN
Belajar KEIKHLASAN dari KEPEDIHAN
Belajar TAWAKKAL dari UJIAN
Belajar REDHA dari satu KETENTUAN..


“Alhamdulillah.” Berulang-ulang ayat itu keluar dari mulutnya. Haji Amran hanya senyum melihat wajah menantunya itu. “Bebas juga saya abi..” kata Aiman. “Alhamdulillah, Allah tunjuk kekuasaanNYA dengan anggota polis yang menemui kain yang menerkup kamu itu dan dompet perompak yang tercicir itu.” Aiman senyum. Terima kasih Ya Allah. “Abi,jom jumpa Syahirah.” Bicara Aiman ceria. Haji Amran tersentak. Dia hanya mengangguk. Aiman duduk di bahagian sebelah memandu. Abahnya telah berangkat ke umrah, sebagai tanda bersyukur Aiman tak bersalah. Aiman hanya senyum sepanjang jalan. Tak sabar hendak bertemu isterinya. Rindu. Hampir sebulan dia tak bertemu. Haji Amran berhenti di hospital.


Aiman terkejut. “Abi, kenapa di sini?” “Turun dulu Aiman. Jom.” Ajak Haji Amran. Aiman hanya menuruti. Sewaktu tiba di depan wad Aiman terkejut melihat ramai orang. Dia merenung dari luar sebuah bilik itu. Dia nampak abang iparnya dah duduk menangis. Dia nampak uminya tengah menangis. Dia nampak doktor. Perlahan Aiman melangkah ke arah bilik itu. “Maaf, dia tak dapat di selamatkan.” Lemah lutut Aiman dengar. Bukan! Salah ni. Aiman menghampiri katil itu. “Barah hatinya dah kriktikal, effect. Dia tak dapat nak survive. Bersabarlah.” Kaki Aiman hampir di tepi katil itu. Ya Allah… Air matanya cuba di tahan. Sakit! Dia lihat Syahirah baring tenang di atas katil itu. Aiman mengangkat sedikit kepala isterinya itu dan di kucup dahi isterinya lembut. Selepas itu, kakinya sangat lemah. Ya Allah beratnya ujian ni..  “TAK!!!!!” jerit Aiman dan terduduk. Dia menangis. Haji Amran menenangkan menantunya itu. “Sabar Aiman…bawa mengucap.” “Bukan Ira abi..bukan dia…” tangis Aiman. Haji Amran mengusap bahu Aiman. “Dah di tentukan ajalnya..” sebak Haji Amran. “Tak…tak…bukan dia..” sayu Aiman mengungkap. Sekali lagi dia memandang wajah jenazah isterinya itu. Sakit. Ya Allah sakitnya rasa ini. Sakit sangat! Kenapa Ya Allah. Syahirah………. Air mata lelakinya deras mengalir.


Aiman menutup buku agama yang di bacanya itu. Buku itu di letak di sisi katil. Pelipisnya di gosok. Ya Allah. Sedar tak sedar hampir masuk setahun setengah Syahirah pergi menemui Ilahi. Sungguh, hampir 5 bulan dia cuba kembali ke realiti. Abah dan abinya puas meredhakan hatinya. Puas mereka menghantarnya berubat. Waktu itu, hanya tuhan sahaja yang tahu bertapa sedihnya dia kehilangan orang yang di sayangi dalam sekelip mata. Benarlah, ajal maut ketentuan tuhan. Akhirnya, dia akur. Setiap hari tak pernah dia lupa untuk membacakan Yassin untuk isterinya. Isterinya yang solehah. Inspirasi Hatinya. Aiman turun dari katil dan keluar dari biliknya. Kini, dia kembali tinggal bersama abah dan mamanya di villa mereka. “Aiman, nak pergi mana?” Dia senyum. “Ma...” Aiman menghampiri mamanya dan di cium tangan wanita itu. “Nak keluar.” “Pergi mana malam-malam ni?” soal abahnya pula. Aiman bersalaman dengan abahnya pula. “Hmm, pergi masjid. Aiman pergi dulu. Assalammualaikum.” “Waalaikumsalam.”


Aiman meletakkan kereta sportnya di hadapan masjid itu. Senyumnya terukir. Dia keluar dari kereta. Kaki melangkah masuk di pintu utama masjid. Setelah berwudhuk. Aiman melakukan solat sunnat masuk masjid. Setelah itu dia melakukan solat sunnat taubat dan solat sunnat yang lain. Selesai melakukan solat dia membaca Al-Quran pula. “Assalammualaikum.” Sapa seorang lelaki separuh umur. Aiman Amemberhentikan bacaannya. “Waalaikumsalam.” “anak musafir ke? Dah lewat malam ni.” Aiman senyum. Dia tahu dah hampir 12 tengah malam. “Saya ingat nak tidur sinilah pak cik.” “Ohh, kalau begitu pak cik balik dulu lah ya.” Aiman mengangguk. Setelah hampir satu juzuk Aiman baca matanya sudah mahu terlelap. Aiman menyimpan semula Al-Quran itu ke rak. Sejadah di ambil untuk di jadikan bantal. Aiman membaringkan badannya. “Abang jangan lupa sebelum tidur baca surah Al-Mulk” pesan Syahirah. “Baik sayang.” Terdiam Syahirah. Aiman senyum je. “Lagi?” “Err.. abang jangan lupa baca doa tidur sebelum tidur..” Aiman menadah tangannya untuk membaca doa tidur. Ya Allah, rindunya hamba pada dia. Air mata Aiman mengalir. Dia baring mengiring ke kanan. Mata cuba di lelapkan. Tiba-tiba, mata Aiman terpandang seseorang. Sayang. Aiman bangun. Dia menghampiri Syahirah yang senyum memandangnya dengan siap bertelekung. “Sayang..” Aiman menggenggam tangan Syahirah. “Jangan tinggal abang lagi.” Tangan itu di kucup. Syahirah hanya senyum dan menarik tangan Aiman agar mengikutinya.


Lemah lutut Dato Rahimi dan isterinya sewaktu mendapat berita itu. Cepat mereka bergegas ke masjid yang di katakan pemanggil itu. “Tu lah Dato. Malam tadi saya jumpa dia sebelum arwah meninggal. Dia kata nak tidur masjid. Saya ya kan je lah. Tak tahu pula saya yang ajalnya dah makin tiba.” Sebak Dato Rahimi mendengar. “Terkejut saya pagi tadi melihat dia tidur. Saya kejutkan dia untuk bangun Subuh tapi tak bergerak-gerak, tu saya suruh orang check nadi dia. Dia menemui Ilahi.” Mengalir air mata isteri Dato Rahimi. Ya Allah, semoga roh anak kandung dan menantunya di bawah rahmat-MU. Al-Fatihah.



* Kadang-kadang dalam hidup ini tak semua benda kita boleh dapat. Apa yang kita rancang terkadang tak sama dengan apa yang kita akan dapat. Untuk kisah ini, bagi Aiman satu pengakhiran yang baik sebab dia sempat mendekati dirinya dengan ALLAH, dia juga dalam keadaan yang bersih. Bagi kita? Wallahualam, hidup mati ini tak tentu bila tapi ingatlah. Ianya pasti. Permulaan hidup kita sangat indah di azan atau di iqamatkan. Ayat pertama yang kita dengar. Alangkah indahnya jikalau akhir hayat kita juga di akhiri dengan kalimah yang indah. Mari kita berusaha menjadi hamba yang baik. Ingat mati itu pasti syurga atau neraka yang menanti. wallahua'lam...

KISAH AIMAN...(part 3)



Aiman mengambil briefcasenya. Satu, satu masalah dia dapat. Laju Aiman memandu kereta isterinya itu. Hari ini Syahirah tak kerja cuti sekolah jadi dia pun cuti lah. Syahirah seorang ustazah yang mengajar subjek Sirah. Justeru, Syahirah menyuruhnya membawa kereta dia. “Along.. tolonglah jangan buat kecoh dekat sini..” rayu Syahirah. “Eh, kau diam lah dik..” Aiman melangkah masuk ke rumah. “Assalammualaikum.” “Hah, sampai pun kau..” Aiman menghulurkan tangan untuk bersalam dengan abang iparnya tetapi lelaki itu tidak melayannya. Aiman menarik kembali tangannya. “Kenapa along?” “Aku nak bawak Syahirah balik..” Sentap Aiman mendengar. Matanya memandang Syahirah yang telah pun berair mata. “Ta..tapi kenapa?” “Kenapa kau tanya? Kau tahu tak? Aku pergi dapur, tak ada makanan langsung! Macam mana kau sara adik aku ha? Lepas tu, aku dengar syarikat kau dah muflis kan?” herdik Syahir. Sebak Aiman dengar. “Along tak boleh buat macam ni..” “Apa tak bolehnya! Tak akan kau nak adik aku sara kau pulak! Aku ingatkan abi kahwinkan kau dengan dia kau dah berubah rupanya hampeh je.” “Along, kenapa along cakap macam tu?” Syahirah yang tadi berair mata membela Aiman. “Kau diam. Dah sekarang aku nak bawa dia balik dekat rumah keluarga kami!” Syahir menarik tangan Syahirah.


Syahirah sedaya upaya menarik kembali tangannya. “Saya tak akan pergi! Tempat seorang isteri di sisi suami!” “Hoi, Aiman. Baik kau izinkan. Tak akan kau nak biar isteri kau ni mati kebulur.!” Marah Syahir lagi. Ya Allah, tabahkan hati hamba. Habis satu masalah di pejabat sekarang masalah isterinya pula. Betul juga apa yang abang iparnya cakap. Dia nak bagi makan apa dekat isterinya ini. Memang kali ini dia muflis tersangat! “Abang..tolong…” sayu Syahirah meminta pertolongan Aiman. “Saya izin..” sebak. “..saya izinkan awak balik.” Terus Syahir menarik adiknya keluar. Air mata Aiman jatuh juga. Mata di pejam. “Abang….” Teriak Syahirah sayu sempat menoleh Aiman yang membelakanginya. Aiman terduduk. Ya Allah beratnya dugaan-MU…


Aiman baru selesai solat Maghrib. Sayu hatinya melihat rumahnya itu sunyi. Memang dia tidak ke surau. Rasa nak demam je. Puas dia memikirkan macam mana nak dapat duit nak selesaikan bil-bil nya. Sedang dia termenung di atas sejadah itu telefonnya berbunyi. Terus button hijau di tekan tanpa melihat nama pemanggil. Aiman terkejut mendengar esakkan di talian itu. “Awak...” Esakkan itu masih lagi berbunyi. “Ira..awak…” “Sampai.. sampai hati abang..” Aiman senyap. “Saya buat macam ni agar awak senang…” “Tak ada istilah senang kalau saya kena tinggalkan abang sorang-sorang lalui kepayahan.” “Awak tak faham..” sayu Aiman jawab. Suara serak Syahirah berbicara lagi. “Abang… biarlah susah senang kita bersama.” Aiman senyap. “Abang,tolong lah abang. Saya nak jadi isteri yang solehah.” Aiman masih lagi senyap. Air matanya mengalir. Terharu dengan kata-kata isterinya. Di saat semua orang menyalahkannya tapi Syahirah tidak. “Abang…tolong jangan senyap macam ni.. saya bersalah sangat ni..” “Sayang tak perlu rasa bersalah.” Terdiam Syahirah. Ya Allah….


“Abang, cuba tengok kertas yang saya tampal dekat meja study saya itu..” Aiman bangun dan menuju ke meja tempat isterinya melakukan kerja- kerja. “Cuba abang baca..”

Rasulullah saw. bersabda: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada Mukmin yang lemah. Segala sesuatunya lebih baik. Tampakanlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah dan janganlah engkau menjadi tak berdaya.” (Muslim)

Aiman beristigfar. Mata di pejamkan seketika. “Sayang.. abang betul-betul tak kuat..” Buat pertama kalinya kalimah abang itu terluah juga. “Abang, tolonglah. Saya nak berada di samping abang saat susah dan senang.” “Tapi abang tak kuat nak berhadapan dengan along dan semua orang.” “Abang, along hanya insan biasa. Abang ada kuasa untuk membawa saya kembali.…” Aiman hanya diam. “Istikharahlah abang, minta petunjuk-NYA…. Assalammualaikum.” Syahirah dah tak sanggup nak berbicara lagi. Talian di matikan. Aiman menarik nafasnya. YA ALLAH……


Nasihat Nabi s.a.w kepada Ali r.a Wahai Ali, bagi orang ‘ALIM itu ada 3 tanda-tandanya:
1) Jujur dalam berkata-kata.
2) Menjauhi segala yang haram.
3) Merendahkan diri.

Wahai Ali, bagi orang yang JUJUR itu ada 3 tanda-tandanya:
1) Merahsiakan ibadahnya
2) Merahsiakan sedekahnya.
3) Merahsiakan ujian yang menimpanya.

Wahai Ali, bagi orang yang TAKWA itu ada 3 tanda-tandanya:
1) Takut berlaku dusta dan keji.
2) Menjauhi kejahatan.
3) Memohon yang halal kerana takut jatuh dalam keharaman.

Wahai Ali, bagi AHLI IBADAH itu ada 3 tanda-tandanya:
1) Mengawasi dirinya.
2) Menghisab dirinya.
3) Memperbanyakkan ibadah kepada Allah s.w.t.


“Assalammualaikum..” Aiman menoleh. “Waalaikumsalam, eh ustaz.” Mereka bersalaman. Ustaz itu senyum. “Baca artikel apa itu?” “Nasihat Rasulullah pada Ali.” “Ohh, Alhamdulillah. Dari tadi ustaz nampak kamu duduk sini. Tak balik?” Aiman senyum. “Tenang duduk dekat masjid ni.” “Dari Subuh tadi? Dah nak masuk Maghrib ni, isteri kamu tak ikut?” Aiman sentap. “Hmm,dia balik kampung.” “Ohh..eh, ustaz nak pergi toilet sekejap. Kamu bacalah buku ini dulu.” Aiman menyambut lembut buku nota kecil itu. Tangannya menyelak muka surat pertama.

Yakin pada Allah bukanlah mengharap terkabulnya segala harapan,
Yakin pada Allah adalah meletakkan keredhaan pada ketentuan-Nya,
Rasa bahagia dengan ujian walaupun perit,
Air mata yg menitis terasa bernilai buat menyiram api neraka,
Indahnya tarbiah Allah, tersiram rahmat dan hikmah,
Diuji kita sebagai tanda sayang-Nya….

Terkedu Aiman. Ya Allah…


Telah dua hari dia tidak berjumpa dengan isterinya. Tipu kalau dia kata dia tak rindu pada wanita yang banyak mengubah hidupnya itu. Memang perit sangat dia rasa. Urusan syarikat pula berkerja keras dia agar dapat projek untuk membayar semua bil-bil syarikatnya. Abah memang dah tak nak tolongnya. Yelah, dulu banyak kali abah tolong, tapi dia yang mensia-siakan. Tapi itu dulu… sekarang lain…

Assalammualaikum, abang dah makan? – Syahirah.

Aiman membaca message itu dan senyum. Dia tahu Syahirah tidak mahu bercakap voice to voice dengannya. Merajuk tapi still tanya khabar melalui pesanan ringkas (sms). Comel je isterinya itu merajuk.

Waalaikumussalam, Alhamdulillah sudah. – Aiman

Lepas beberapa minit.

Syarikat abang dah okay? – Syahirah.

Doakanlah ada projek yang masuk. – Aiman

Solat Dhuha lah abang. Solat itu membuka rezeki. insyaALLAH, kalau kita sabar berdoa dan berusaha Allah akan tolong. – Syahirah.

Aiman senyum membaca message itu. 

insyaALLAH. – Aiman.


“Assalammualaikum, abi.” Aiman menelefon ayah mertuanya, Haji Amran. “Waalaikumsalam. Aiman, kenapa ni?” nada risau. “Abi,saya… saya..” Tak terluah oleh kata-kata. “Aiman, abi faham. Sekarang kamu buka email kamu. Abi ada hantar satu video. Kamu hayati dan kamu fikir lah baik-baik. Bersabar ya Aiman.” “Terima kasih abi.” Selepas salam berbalas. Talian di matikan. Syukur, abinya seorang yang memahami. Aiman membuka emailnya. Abinya agak moden kerana seorang dekan di sebuah universiti terkemuka di tanah air. Wajarlah, alongnya tak mahu adiknya Syahirah itu hidup melarat. Matanya tertala pada email versi video itu. “Kamu hayati dan kamu renung2kan lah.” Kesian abi tengok Syahirah. Dia sangat memerlukan kamu. Air matanya jatuh lagi saat melihat video itu. Sungguh, dia hampir melepaskan tanggungjawabnya sebagai seorang suami. Astarfiruallahalazim.


Erat Syahirah memeluk suaminya saat Aiman masuk ke dalam rumah abinya tadi. Haji Amran hanya senyum melihat mereka. “Abang, please.. jangan tinggalkan saya lagi..” esak Syahirah. Aiman yang terkedu itu mengesat air mata Syahirah. “Shhh, abang dah datang ni. Jangan nangis lagi ya.” Mata mereka bertentangan. Syahirah mengangguk dan memandang abi dan uminya. “Jaga dia baik-baik Aiman.” Pesan Hj. Amran. “Terima kasih abi, umi..” Sayu sahaja Aiman bercakap. Teringat nasihat abinya itu. Mujur alongnya ada conference dekat Seoul,Korea. Tak perlu dia berdebat dengan alongnya itu. Terima kasih Ya Allah, KAU permudahkan urusan ini. “Kami balik dulu abi, umi.” Aiman bersalaman dengan kedua mertuanya itu di turuti Syahirah. “Assalammualaikum.” “Waalaikumsalam.”



“Saya sayang abang.” Luah Syahirah sewaktu mereka dalam kereta perjalanan untuk pulang ke rumah. Aiman yang tengah memandu itu senyum. “Saya pun sayang awak juga.” Syahirah senyum senang. “Ira…” panggil Aiman. “Ya?” Syahirah memandang suaminya yang tengah memandu itu. Aiman diam sekejap. “Thanks.” “Thanks untuk apa?” “Sebab awak saya dah banyak berubah.” Syahirah ketawa kecil. “Bukan saya lah tapi Allah. Allah yang ketuk pintu hati abang.” “Tapi kalau abang tak jumpa inspirasi hati abang ni, abang tak berubah..” kata Aiman. Syahirah senyum. “Saya hanya pengantara je. Semua itu telah tertulis di Luh Mahfuz.” Aiman mengangguk dengan mata yang masih lagi focus memandu. “Thanks lagi sekali.” Dahi Syahirah berkerut. “Untuk apa pula?” “Settlekan bil-bil syarikat tu..” “Kita suami isteri kene saling membantu.” “Mana Ira dapat wang banyak macam itu?” Syahirah senyap. Sebenarnya itu wang yang di kumpul sebelum kahwin lagi untuk dia menunaikan haji dan untuk kos perubatan barah hatinya yang dia rahsiakan daripada abi, umi dan along . Dia bersyukur Allah beri penyakit itu, dia rasa beruntung kerana dia akan sentiasa mengingati mati dan bertaubat atas setiap kesalahannya. Biarlah, hanya dia dan Allah yang tahu derita bahagia ini. 

Monday, September 26, 2011

KISAH AIMAN... (part 2)



Sudah dua hari Aiman di pondok agama itu. Memang air matanya di situ asyik mengalir sahaja. Teringat dosa lampau yang pernah di buat. Ya Allah… banyaknya dosa hamba. Selesai solat berjemaah dengan rakan-rakan di pondok, dia menelefon isterinya. Salam berbalas. “Awak sihat?” Aiman duduk di tangga surau papan itu. Syahirah bersuara riang. “Alhamdulillah sihat. Abang tak rindu saya ke? Dah masuk hari kedua baru nak call? Abang tahu tak saya bosan duduk rumah sorang-sorang? Saya dah dua hari tak sembahyang jemaah tau? ” Aiman hanya senyum mendengar coleteh si isteri. “Haa, lagi satu abah kata abang mana ada kerja luar, baik abang cakap abang pergi mana?” tiba-tiba suara Syahirah bertukar sebak. “Saya tahu, saya bukan sapa-sapa dekat abang, tapi tak patut abang tipu saya..” Air mata Syahirah mengalir. Aiman terdiam. Syahirah juga diam. Terkejut Aiman tiba-tiba terdengar esakkan. “Awak nangis ke?” Diam lagi. “Awak, saya…” Syahirah memintas. “Tak apa. Saya faham.” Air matanya di seka. “Abang sihat tak?” “Alhamdulillah sihat.” Diam. “Abang jangan lupa sebelum tidur baca surah Al-Mulk,” pesan Syahirah. “Baik sayang.” Terdiam Syahirah.


Aiman senyum je. “Lagi…?” “Err..abang jangan lupa baca doa tidur sebelum tidur..” Aiman ketawa. “Next…?” “Kalau terjaga pukul dua tiga pagi, solat tahajud..” Aiman hanya mengangguk. “Lagi..?” “Selalu beristigfar.” “Okay. Lagi?” “Ingat Allah dalam setiap perbuatan.” “Alright, next?” “Sentiasa berselawat.” “Okay.” “Abang ni last.” “Apa dia tu?” soal Aiman lembut. “Doakan rumah tangga kita sampai syurga.” Aiman senyap sekejap. “Sure.”


Dari jauh Aiman telah nampak senyuman isterinya di hadapan pintu. Selesai membayar tambang teksi Aiman mengheret bagasi berodanya. Syahirah telah pun keluar menyambutnya siap bertudung. Mereka bersalaman. “Assalammualaikum, awak”, sapa Aiman. “Waalaikumsalam, abang”, nada ceria. Syahirah bersalaman dengan Aiman. Terpegun juga dia melihat Aiman yang hanya bert-shirt kolar dan berseluar slack serta berkopiah (mungkin Aiman tak perasan).


Wajah Aiman seolah ada sinar keimanan. Sangat tenang. Aiman perasan isterinya memerhatikannya. “Err,,awak pandang apa?” Syahirah tersentak. “Eh, tak.. abang nampak lain.” “Apa yang lain?” Aiman memandang dirinya dan baru perasan akan kopiah di kepalanya. “Ohh..” jawab Aiman dan menarik kopiahnya. “Jom masuk.” Mereka beriringan ke ruang tamu. Aiman telah pun duduk di sofa sementara Syahirah pergi membuat air di dapur. Mata Aiman menebar ke seluruh ruang tamu. Kemas dan bersih. Walaupun rumah itu kecil tetapi sangat selesa. Entah. Dulu tinggal dekat villa abah tak pernah rasa selesa dan tenang.


“Abang nah..” lembut Syahirah menghulurkan gelas itu pada suaminya. Aiman menyambut. “Thanks.” “Abang, nak tahu tak?”, dia duduk bawah melutut depan Aiman yang duduk di sofa itu. “Hmmm?” Aiman merenung Syahirah. Dia sudah faham dengan sikap Syahirah yang peramah dan banyak cakap ini. Kadang-kadang macam budak-budak. “Ada sinetron baru tau.” Berkerut dahi Aiman. “Oh, apa benda tu?” “Apalah abang ni. Itu cerita drama bersiri Indonesia. Tajuknya ‘Cinta Fitri’.” “Ohh..” Gelas di letak di atas meja. “Kenapa dengan cerita tu?” “Best.” Syahirah senyum hingga nampak lesung pipitnya. Comel! Walaupun penat Aiman masih lagi melayan. “Apa yang best?” “Lagu!” Ek.. “Oh.. jalan cerita tak best?” sungguh, ini baru pertama kali dalam hidup Aiman berbual mengenai drama Indonesia. “Best jugak, tapi sedih.” “Kenapa?” “Entah. Abang nak dengar lagu tema cerita tu?” “Lagu apa?” “Tajuknya ‘Cinta Kita’ nyanyian Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar.” Syahirah mengambil mp3nya di almari yang terletak di ruang tamu itu juga. Aiman hanya memerhati.


“Haa, nah..” dia menghulurkan earphone pada Aiman. “Hmm, awak ambil satu,” kata Aiman dan menghulurkan sebelah lagi pada isterinya. “Err..kita dengar sesama.” Teragap-gagap Aiman. “Ok.”, ceria Syahirah menyambut earphone itu. Aiman menarik tangan Syahirah agar duduk di sebelahnya. Mudah untuk dengar mp3 itu. Inilah aku apa adanya Yang ingin membuatmu bahagia Maafkan bila ku tak sempurna Sesempurna cintaku padamu “Saya baru download tadi.” Syahirah senyum. Aiman turut senyum. Sungguh dia tak pernah buat benda luar alam untuk melayan lagu dari seberang.

Ini cintaku apa adanya
Yang ingin selalu di sampingmu,
Ku tahu semua tiada yg sempurna,
Di bawah kolong langit ini,

“Abang kita jadikan lagu kita nak?” Aiman diam seketika. Huh, lagu ni rasa macam nak nangis je Aiman dengar. Tak tahu kenapa. “Hmmm.”

Jalan kita masih panjang,
Ku ingin kau selalu disini,
Biar cinta kita tumbuh harum mewangi,
Dan dunia menjadi saksinya,
Untuk apa kita membuang-buang waktu,
Dengan kata kata perpisahan.

Kedua-dua mereka melayan perasaan dengan lagu itu. Tanpa di sedari Aiman telah melatakkan tangannya di bahu sofa dan spontan menarik isterinya ke dalam pelukkannya. Khusyuk melayan lagu.

Demi cinta kita aku akan menjaga,
Cinta kita yg telah kita bina,
Walau hari terus berganti hari lagi,
Cinta kita abadi selamanya…


Aiman tersentak apabila terdengar azan. Pantas dia menarik earphone itu. Dia menoleh ke kiri. Syahirah dah tidur. “Eeerr, awak…” Aiman cuba mengejutkan isterinya lagi. “Awak…bangun. Dah azan Asar ni..” Syahirah bangun dengan mengosok matanya. “Abang saya ABC la. Abang solat lah..” Aiman pelik. Apa benda pula dia nak ABC ni. “Awak, dah Asar. Kalau nak makan ABC jap lagi kita keluar.” Syahirah memandang Aiman. “Allah Bagi Cuti. Sakit perempuan.” Aiman teragak-agak. “Ohh.. haa. Okay. Saya solat dulu.” Aiman telah pun bangun untuk menuju ke bilik. “Abang…” Langkah Aiman mati. Dia menoleh. “Doakan rumah tangga kita sampai syurga.” Syahirah senyum dan gaya menadah tangan. “Sure.”


“Abang,saya nak cari buku masak..” Aiman hanya mengangguk dengan tangannya yang ada dua beg kertas barang yang dia beli dan Syahirah beli tadi. “Nanti jumpa abang dekat kaunterlah.” Kata Syahirah lagi dan terus berlalu. Aiman hanya senyum dan menghantar dengan pandangan mata. Aiman berjalan ke buku-buku Islamik. Terdetik hatinya tafsir Al-Quran. Aiman pergi ke kaunter pertanyaan dalam kedai buku itu. “Ada boleh saya bantu encik?” “Hmmm, ada tafsir tak? Hmm…tafsir Al-Quran?” Mmaaf encik tiada stok.” Aiman senyum paksa. “Okay, thanks.” Kenapa tiba-tiba rasa sebak ni.


Tiba-tiba, Syahirah datang. “Abang tak beli apa-apa?” “Tak. Awak dah jumpa buku?” Syahirah senyum dan menunjukkan buku itu pada Aiman. “Tadaaa… nanti kita try dekat rumah ok?” “Okay.” Aiman membayar buku itu. Sewaktu mereka telah keluar dari kedai buku itu. Pekerja kedai buku itu berbisik. “Wah, romantiknya mereka!” “Tahu tak apa. Untungkan wanita itu dapat suami yang punyalah handsome dan baik!” “Mana kau tahu baik?” “Tadi dia nak beli tafsir Al-Quran.” “Ohh…memang padanlah. Perempuan itu pun alim je.” “Sweet kan. Suami dia just pakai t-shirt berkolar dan seluar slack, isterinya just pakai baju kurung dengan tudung labuh. Baju dorang warna match. Jalan pegang tangan” “Superb! Romantic!” “Kan Allah S.W.T telah berfirman, “Perempuan yang jahat untuk lelaki yang jahat dan lelaki yang jahat untuk perempuan yang jahat, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik.” (an-Nur’:26) “Betul-betul.”


Aiman sibuk membuat kerjanya di ruang tamu. Lama dia bercuti selepas pergi ke pondok hari itu. Justeru, banyak kerja yang perlu di lakukan. “Abang..” sapa Syahirah manja. Aiman senyum. “Kenapa?” “Nah..” Syahirah menunjukkan sesuatu pada Aiman. Aiman mengambil dan berfikir. “Birthday saya rasanya belum lagi..” “Abang buka lah dulu. Saya dah ngantok. Jangan tidur lewat-lewat tau. Nanti dah masuk bilik tolong perlahankan air-cond. Nite abang. Assalammualaikum.” Syahirah nampak penat. Mana tidaknya sehari suntuk berjalan. Setelah Syahirah masuk ke bilik. Perlahan-lahan Aiman membuka balutan itu. “SubhanaALLAH, tafsir Al-Quran.” Terasa macam nak mengalir air mata Aiman. ‘Al-Quran, the love letter from Allah’ – isterimu’. Aiman turn off laptopnya. Kertas-kertas yang bertaburan di perkemaskan. Setelah selesai berkemas bahan-bahan kerjanya Aiman mengambil tafsir itu dan masuk ke bilik. Samar-samar. Hanya lampu di sisi katil sahaja yang menyala. Dia lihat Syahirah sudah lena tidur. Mungkin penat sangat. Aiman senyum. Dia meletakkan tafsir itu di atas meja make-up. Seluar di lipat. Aiman menuju ke tandas. Dia perlu melakukan sujud syukur kerana dia memang beriya-iya hendakkan tafsir Al-Quran itu. Sewaktu pekerja kedai itu mengatakan sudah habis stok dia seakan kecewa teramat, entah. Tidak tahu kenapa perasaan itu timbul. Sungguhlah kemanisan iman itu sungguh manis.


“Aiman!! Kamu nak jadi apa ha ni!” tengking Dato Rahimi merangkap abahnya. Aiman hanya tunduk. Sejak menjadi suami Syahirah dia banyak sangat mendiamkan diri. Dia tak banyak cakap. Selepas pulang dari pondok agama hari dia tak cepat marah atau melenting. “Kamu dengar tak ni? Hari tu kamu pergi mana? Kamu buat hal lagi ya? Ni akaun syarikat kenapa jatuh teruk ni!” Dato Rahimi mencampak fail itu di meja pejabat Aiman. “Abah, ekonomi dekat sini buat masa ini tak stabil.” Dato Rahimi memandang sinis anaknya. “Bukan kamu joli kan semua duit tu?” “Abah...” “Dah! Abah tak tahu kamu buat macam mana. Abah nak kamu settle kan semua bil-bil ni! “ Tercengang Aiman mana dia ada duit banyak tu. “Abah, saya tak da duit banyak tu.” “Abah tak peduli. Kamu buat apa yang patut!” Dato Rahimi terus keluar dari pejabat itu. Terduduk Aiman. Ya Allah… tiba-tiba telefon Aiman berbunyi. Shahir. Ada apa abang iparnya ini telefon. “Assalammualaikum.” Lemah Aiman menjawab. “Waalaikumsalam, weh Aiman. Kau balik rumah kau sekarang.!” “Err, kenapa along?” “Kau balik je!” Tersentap Aiman tatkala talian di matikan. Tak tahu pula dia yang abang iparnya ini datang Kepala Batas. Ada apa ya?